BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam hidip ini, pandangan hidup ternyata sangat penting, baik untuk
kehidupan sekarang maupun akan datang. Pandangan hidup merupakan bagian hidup
manusia, karena tidak ada seorang pun yang hidup tanpa pandangan hidup merkipun
tingkahnya berbeda-beda.
Menurut
Koendjaraningrat, pandangan hidup adalah nilai-nilai yang dianut oleh suatu
masyarakat, yang dipilih secara selektif oleh para individu dan golongan di
dalam masyarakat. Pandangan hidup terdiri atas cita-cita, kebajikan dan sikap
hidup, semuanya itu tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan.
Dalam hidup ini
kita sangat membutuhkan pandangan hidup, karena pandangan hidup akan mengacu
kita pada kehidupan yang lebih baik dan memotifikasi kita untuk menggapai
sesuatu yang kita inginkan.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Apa
Arti Pandangan Hidup?
2.
Apakah Cita-cita dan Tingkat Hati
Manusia itu?
3.
apakah
Kebajikan / Kebaikan itu?
4.
Apa
itu Sikap Hidup?
5.
Bagaiamanakah Sikap-sikap Etis dan
Sikap-sikap Non-Etis itu?
6.
Apa
hubungan Hubungan Pandangan Hidup dengan Kebudayaan?
7.
Contoh
Karya Seni tentang Pandangan Hidup.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Pandangan Hidup
Menurut
Koentjaraningrat (1980) pandangan hidup adalah nilai-nilai yang dianut oleh
suatu masyarakat yang dipilih secara selektif oleh para individu dan golongan
didalam masyarakat. Pandangan hidup terdiri atas cita-cita, kebajikan dan sikap
hidup. Sedangkan menurut Manuel Kaisiepo 1982, pandangan hidup merupakan bagian
hidup manusia. Tidak ada seorang pun tang hidup tanpa pandangan hidup meskipun
tingkatannya berbeda-beda. Pandangan hidup mencerminkan citra dari seseorang
karena pandangan hidup itu mencerminkan cita-cita atau aspirasinya.
Pandangan hidup
cendrung diikat oleh nilai-nilai sehingga berfungsi sebagai pelengkap dalam
pembuatan, pembenaran atau rasionalisasi nilai-nilai. Pandangan hidup memberi
pandangan pada nilai-nilai yang dimilikinya sendiri baik Bangsa, Negara maupun
manusia yang diyakini kebenarannya dan menimbulkan tekat untuk mewujudkannya.
Pandangan hidup bermacam-macam sumbernya, namun dapat
diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu:
1. Pandangan hidup yang bersumber dari
agama yaitu pandangan hidup yang mempunyai kebenaran mutlak.
2. Pandangan hidup yang bersumber dari
ideologi merupakan abstraksi dari nilai-nilai budaya suatu Negara tau bangsa.
Misalnya, ideologi pancasila dapat menjadi sumber pandangan hidup.
3. Pandangan hidup yang bersumber dari
perenungan seseorang sehingga dapat merupakan ajaran atau etika untuk hidup.
Misalnya aliran kepercayaan.
2. Cita-cita
Cita-cita adalah sesuatu yang terkandung dalam hati seseorang baik
angan-angan, keingina, harapan, maupun tujuan yang akan diperoleh di massa
mendatang. Manusia memiliki cita-cita dan diberikan ruang untuk memperoleh
suatu yang diinginkanya akan tetapi Allah yang menentukan. Bila cita-cita
belum tercapai akibat terpenuhinya persyaratan maka cita-cita itu disebut
harapan. Sebagai contoh, ada seorang guru yang bercita-cita lulus dalam
kualifikasi pendidik. Secara pedagogik, professional, dan sosial sudah memadai.
Namun secara kepribadian belum mencapai persyaratan sehingga cita-citanya untuk
lulus dalam kualifikasi pendidik masih dalam harapan.
Namun demikian cita-cita yang bertaruh harapan masih merupakan unsur pandangan
hidup, karena masih memberi kemungkinan ada keberhasilan dan ini mendorong
manusia untuk tetap berusaha mengatasi kegagalan yang dialami. Seperti seorang
guru di atas, apabila ia sudah memenuhi uji kompetensi secara kepribadian ,
dengan ridha Allah ia akan berhasil dalam meraih cita-citanya. Jadi harapan
mampu membangkitkan kreativitas menuju keberhasilan cita-cita. Dalam hal ini
manusia hanya berusaha tetapi tuhanlah yang menentukan.
3. Kebajikan/kebaikan
Kebajikan atau kebaikan atau perbuatan yang mendatangkan kebaikan pada
hakekatnya sama dengan perbuatan moral, perbuatan yang sesuai dengan
norma-norma agama atau etika. Kebajikan merupakan sesuatu yang dapat
mendatangkan keselamatan, keuntungan, kemakmuran, keselarasan, kebahagiaan, dan
kesejahteraan. Manusia berbuat kebaikan, karena sesuai dengan kodratnya manusia
dilahirkan dalam keadaan fitrah atau suci. Dengan kesucian hatinya mendorong
manusia mendorong untuk berbuat baik.
Untuk melihat apa itu kebajikan, kita harus melihat dari tiga sudut pandang
yaitu, manusia sebagai pribadi, manusia sebagai anggota masyarakat, dan manusia
sebagai makhluk Tuhan.
Manusia sebagai pribadi dapat menentukan sesuatu yang baik atau buruk, karena
manusia dibekali hati untuk menentukan itu. Hal itu berdasarkan pertimbangan
uara hati manusia. Pada dasarnya suara hati menunjukkan manusia kepada sesuatu
yang baik, namun terkadang manusia mengingkarinya.
Demikian pula dengan suara hati masyarakat, yang menentukan baik buruknya
tentang sesuatu adalah masyarakat itu sendiri. Karena belum tentu baik menurut
pribadi, baik pula jika diterapkan pada masyarakat. Sebagai anggota dari
masyarakat manusia tidak dapat bebas dari persoalan kemasyarakatan.
Sebagai manusia sebagai makhluk tuhan, manusia harus mendengarkan serta
menjalankan apa yang yang menjadi perintah dan larangan-Nya.
Jadi dapat dikatakan bahwa kebajikan adalah suatu perbuatan atau tindakan yang
terpadu antara suara hati manusia, suara hati masyarakat dan hokum-hukum tuhan.
4. Sikap
hidup
Sikap hidup adalah keadaan hati dalam menghadapi hidup ini. Apakah manusia
bersikap optimis ataukah pesimis dalam menjalani kehidupan. Sikap ini ada di
dalam seseorang dan orang lain tidak mengetahui kecuali sudah terwujud dalam
sebuah tindakan. Setiap manusia memiliki sikap yang berbeda antara satu dengan
lainya dan sikap ini dapat dibentuk oleh yang membentuknya dan berubah sesuai
dengan situasi dan kondisi lingkungan yang mepengaruhinya.
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas berinteraksi dengan yang
lainnya. Oleh karena perlu memperhatikan dan menentukan sikap yang positive.
Sikap hidup dibagi menjadi dua, yaitu sikap etis dan non-etis. Sikap etis
berisi sikap yang positive seperti sikap lincah, sikap tenang, sikap halus,
sikap berani, sikap arif, sikap rendah hati, dan sifat bangga. Sedangkan sikap
non-etis merupakan kebalikan dari sikap etis.
5. Sikap etis dan sikap non etis
Sikap hidup
etis :
Dimana orang-orang yang
bersifat etis akan selalu berbuat positif di dalam kejujuran, perilaku,
mempunyai kelembutan hati, mempunyai ketenangan jiwa dan mempunyai kerendahan
hati. Dan pastinya orang-orang yang hidupnya secara etis atau positif akan
selalu bertindak terpuji di dalam hidupnya.
Sikap hidup
non etis :
Dimana orang-orang yang
bersifat non etis akan selalu berbuat negatif di dalam kejujuran, perilaku, tidak
mempunyai kelembutan hati, tidak mempunyai ketenangan jiwa dan tidak mempunyai
kerendahan hati. Dan pastinya orang-orang yang hidupnya secara non etis atau
negatif akan selalu bertindak tidak terpuji.
6. Hubungan Pandangan Hidup dengan
Kebudayaan
Menurut
beberapa ahli Hubungan Pandangan Hidup dengan Kebudayaan adalah sebagai
berikut:
- Lehman, Himstre,
dan Baty : Budaya adalah sekumpulan pengalaman hidup yang ada dalam
masyarakat mereka sendiri. Pengalaman hidup masyarakat tentu saja
sangatlah banyak dan bervariatif, termasuk di dalamnya bagaimana perilaku
dan keyakinan atau kepercayaan masyarakat itu sendiri.
- Hofstede : budaya
adalah pemrograman kolektif atas pikiran yang membedakan anggota – anggota
suatu kategori orang dari kategori lainnya.
- Boove dan Thill :
budaya adalah system sharing atas symbol – symbol kepercayaan, sikap,
nilai – nilai, harapan, dan norma – norma untuk berperilaku. Dalam hal
ini, semua anggota dalam budaya memiliki asumsi yang serupa tentang
bagaimana seseorang berfikir, berperilaku dan berkomunikasi serta
cenderung untuk melakukan berdasarkan asumsi – asumsi tersebut.
- Murphy dan
Hildebrant : Budaya adalah tipikal karateristik perilaku dalam suatu
kelompok.
- Mitchell : budaya
merupakan seperangkat nilai – nilai inti, kepercayaan, standar,
pengetahuan, moral, hukum dan perilaku yang disampaikan seseorang dalam
bertindak, berperasaan dan memandang dirinya serta orang lain.
Kebudayaan
untuk sebagian besar ditentukan oleh sejarah, tetapi juga oleh alam dan
lingkungan. Empat unsur berikut ini bisa dipandang sebagai empat pola atau
poros kebudayaan.
- Yang paling penting tentulah
Tuhan atau – dengan istilah yang lebih “umum” – dunia transenden
atau dunia “atas”. Melalui agama dan terutama melalui hati manusia, “dunia
atas” itu memainkan peranan yang amat penting di “dunia bawah”.
- Kebudayaan manusia terbentuk
terutama karena kegiatan manusia, entah dalam zaman yang lampau entah
sekarang ini, dan kegiatan itu menghubungkan manusia satu dengan manusia
lain. Setiap orang karena pendidikan, ekonomi, politik, rekreasi, dan
banyak hal lain lagi, terjalin dalam jaringan sosial lingkungan
hidupnya.
- Dengan sendirinya terang bahwa
dalam proses membudaya itu dunia material atau kebendaan amat penting
juga. Manusia sendiri bersifat material karena tubuhnya. Karena alasan itu
ia mempunyai aneka kebutuhan material. Tanpa materi ia tidak dapat hidup
dan bergerak sebagai manusia.
- Akhirnya, ia masih
terus-menerus berkonfrontasi dengan dirinya sendiri, sebab ia dilahirkan
dan berkembang dalam ikatan kebudayaan itu. Ia sendiri menjadi bagian
darinya. Ia terikat pada tanah, ia terikat pada adat, ia terikat pada alam
pikiran dan agama orang sebangsanya, bahkan sering pada tradisi daerah
tertentu.
Semua itu tentu bukan ikatan belenggu yang
menghalang-halangi perkembangan pribadi. Namun demikian, tidak dapat disangkal
pula bahwa ikatan itu ada dan sangat berpengaruh pada alam pikiran dan cara
bertindak seseorang. Karena itu, situasi kebudayaan dengan segala segi dan
unsurnya amat erat hubungannya dengan visi atau pandangan hidup.
Pandangan hidup orang Indonesia tidak bisa dipikirkan, apalagi digambarkan,
bila dilepaskan dari seluruh tradisi kebudayaan Indonesia. Karena iman dan
agama juga tidak lepas dari kebudayaan dan pandangan hidup, orang beriman pun
perlu menyadari sepenuhnya pengaruh kebudayaan itu.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa dalam kebudayaan
Indonesia erat sekali hubungan antara agama, masyarakat, dan alam. Bahkan
kadang-kadang unsur-unsur itu kurang dibeda-bedakan dan dicampur-adukan begitu
saja. Kebudayaan Indonesia memang sangat menekankan keseimbangan dan
keselarasan antara semua faktor kehidupan, tetapi dalam mewujudkan pandangan
menyeluruh itu masing-masing daerah mempunyai cara dan corak yang berbeda-beda.
Misalnya, keseimbangan dalam arti kerukunan amat dipentingkan dalam kebudayaan
Jawa, sedangkan di Sumatra Utara ikatan keluarga (marga) termasuk unsur
pokok kebudayaan.
Kebudayaan daerah merupakan dasar dan sumber kebudayaan nasional.
Karena perkembangan masyarakat, pergaulan antar suku dan pertemuan antar daerah
menjadi semakin biasa. Kebudayaan berkembang terus dengan menerima dan mengolah
aneka unsur kebudayaan dari kelompok atau suku yang lain. Bahkan juga
kebudayaan dari luar negeri mempunyai pengaruh sangat besar. Khususnya pengaruh
dari negara-negara Asia Timur dan dari daerah Arabia amat terasa. Begitu juga
pengaruh dari Barat, baik dahulu maupun sekarang. Pengaruh itu terdapat dalam
segala bidang kebudayaan, termasuk juga bidang agama.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pandangan hidup adalah gagasan atau pertimbangan yang
menjadi pedoman, pegangan, arahan, petunjuk untuk hidup. Gagasan itu
dapat diterima oleh akal manusia dan dapat diakui kebenarannya sehingga ,
manusia menerima hasil pemikiran itu sebagai pedoman, pegangan, arahan,
petunjuk yang disebut pandangan hidup. Pandangan hidup cenderung diikat dengan
nilai-nilai sehingga berfungsi sebagai pelengkap nilai-nilai dalam pembenaran
atau rasionalisasi nilai.
Pandangan hidup terdiri dari atas cita-cita, kebajikan, dan
sikap hidup. Dengan cita-cita manusia mempunyai kehendak untuk mewujudkan
apa yang menjadi harapan dan tujuan hidup, Akan tetapi Allah yang
menentukannya. Pandangan hidup sangat erat kaitannya dengan kebajikan. Karena
pada esensinya pandangan hidup merupakan pembenaran dan rasionalisasi dari
nilai. Untuk mewujudkan sebuah pandangan hidup harus dilandasi dengan sikap
hidup yang positif.
Manusia menyadari dalam menjalani membutuhkan dasar atau
landasan untuk membimbing kehidupan rohani dan jasmani baik dalam kapasitas
personal, kelompok atau masyarakat, bahkan tinkat Negara sekalipun. Maka dari
itu manusia tidak lepas dari pandangan hidup dalam mengarungi kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA
Tri Prasetya, Joko, dkk, Ilmu
sosial Budaya Dasar MKDU, Jakarta: Rineka Cipta, 1991
Notowidgo, Rohiman, Ilmu
Budaya Dasar Berdasarkan Al-Quran Dan Hadist, Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2000
Tidak ada komentar:
Posting Komentar