DAFTAR ISI
COVER……………………………………………………………………………..i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................. 1
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG............................................................................................. 2
RUMUSAN MASALAH......................................................................................... 3
BAB II
PEMBAHASAN........................................................................................................
A. DEFINISI DAN
JENIS PENGETAHUAN........................................................ 4
a. Definisi
pengetahuan.............................................................................................4
b. Jenis Pengetahua...................................................................................................5
B. HAKIKAT DAN
SUMBER PENGETAHUAN................................................. 6
a. Hakikat
Pengetahuan.............................................................................................6
b. Sumber
Pengetahuan.............................................................................................7
C. UKURAN
KEBENARAN....................................................................................9
a. Jenis-jenis
kebenaran........................................................................................... 10
b. Upaya
Memperoleh Kebenaran............................................................................11
D. KLASIFIKASI
DAN HIRARKI ILMI................................................................13
a.Klasifikasi
Ilmu.................................................................................................... 13
b. Pendapat Para
ilmuan Mengenai Hirarki Ilmu.......................................... 14-15-16
BAB III
PENUTUP.............................................................................................................. 17
KESIMPULAN...................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 18
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kita panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan anugrah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini
membahas tentang “Pengetahuan dan Ukuran Kebenaran”. Dalam menyusun tugas
makalah ini, banyak sekali mendapat hambatan dan rintangan akan tetapi dengan
usaha, kerja keras
dan bantuan dari berbagai pihak semua masalah tersebut dapat teratasi.
Penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah bekerja sama dan membantu
dalam penyusunan makalah ini, terutama kepada Dosen Pengampu mata kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan,
yang telah memberikan arahan, pencerahan dan telah membimbing pembelajaran dan
diskusi.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna baik dari bentuk
penyusunan dan materinya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun dari para pembaca agar makalah ini bisa menjadi lebih
baik dan sempurna. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi para
pembaca.
Palangka Raya, September 2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Pengetahuan berkembang dari rasa ingin tahu, yang merupakan
ciri khas manusia karena manusia adalah satu-satunya makhluk yang mengembangkan
pengetahuan secara sungguh-sungguh. Binatang juga mempunyai pengetahuan, namun
pengetahuan ini terbatas untuk kelangsungan hidupnya (survival). Manusia
mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi kebutuhan-kebutuhan kelangsungan
hidup ini dan berbagai problema yang menyelimuti kehidupan.
Manusia senantiasa penasaran terhadap cita-cita hidup ini.
Yang hendak diraih adalah pengetahuan yang benar, kebenaran hidup itu. Manusia
merupaka makhluk yang berakal budi yang selalu ingin mengejar kebenaran. Dengan
akal budinya, manusia mampu mengembangkan kemampuan yang spesifik manusiawi,
yang menyangkut daya cipta, rasa maupun karsa. Ketika orang menyaksikan sebuah
pantai, sebut saja pantai Tanjung A’an di pulau Lombok, orang akan
terheran-heran dengan pasir putih. Kemegahan alami itu menggugah perhatian
manusia, setidaknya ingin mengetahui sesungguhnya apakah hidup itu seperti
pasir? Siapa yang menciptakan pasir putih berib-ribu dan bahkan berjuta-juta
butir, serta untuk apa maknanya bagi manusia.
Pada pembahasan makalah kali ini penulis mencoba menjelaskan
tentang pengetahuan dan ukuran kebenaran, yang meliputi hakikat pengetahuan,
bagaimana cara memperoleh pengetahuan, dimana atau dari mana pengetahuan itu
diperoleh, dan apakah pengetahuan tersebut merupakan pengetahuan yang benar
adanya atau sebaliknya. Serta bagaimana ukuran kebenaran dari pengetahuan yang
didapat tersebut.
B.
Rumusan Masalah
Apa
definisi dan jenis pengetahuan ?
1.
Bagaimana
hakikat dan sumber pengetahuan ?
2.
Bagaimana
jenis-jenis pengetahuan ?
3.
Bagaimana ukuran kebenaran ?
4.
Klasifikasi
Dan Hirarki ?
C. Tujuan Penulisan
1.
Agar
mahasiswa mampu mengetahui pengertian dan tingkatan-tingkatan kebenaran ilmu
pengetahuan.
2.
Agar
mahasiswa dapat menjelaskan apa saja hubungan metode dengan kebenaran ilmu pengetahuan.
3.
Mahasiswa
mampu menjelaskan tentang teori-teori kebenaran ilmu pengetahuan.
4.
Dapat mengembangkan arti kehidupan
melalui ilmu.
5.
Akan sadar bahwa Ilmu itu tidak luput
dari nilai-nilai keTuhanan.
6.
Mencapai tujuan hidup dari pengetahun
dan ilmu.
7.
Mengetahuai
ukuran kebenaran melalui Ilmu.
BAB IIPEMBAHASANPENGETAHUAN DAN UKURAN KEBENARAN
A.DEFINISI dan JENIS PENGETAHUAN.
a. Definisi
pengetahuan.
Pengetahuan (knowledge)
adalah sesuatu yang diketahui langsung dari pengalaman, berdasarkan panca
indra, dan diolah oleh akal budi secara spontan. Pengetahuan masih pada tataran
inderawi dan spontanitas, belum ditata melaui metode yang jelas. Pada intinya,
pengetahuan bersifat spontan, subjektif dan intuitif. Pengetahuan berkaitan erat
dengan kebenaran, yaitu kesesuaianantara pengetahuan yang dimiliki manusia
dengan realitas yang ada pada objek. Namun, kadang-kadang kebenaran yang ada
dalam pengetahuan masih belum tertata rapi, belum teruji secara metodologis.
Orang melihat gunung meletus, itu pengetahuan. Orang merasakan gempa, lalu lari
tunggang langgang ke luar rumah, itu pengetahuan. Pengetahuan masih sering
bercampur dengan insting.
Pengetahuan dimulai
dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu dan filsafat
dimulai dengan kedua-duanya. Filsafat ilmu merupakan bagian dari spistemologi
(filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakekat ilmu (pengetahuan
ilmiah). Ilmu merupakan cabang pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu.
·
Menurut Koento Wibisono (tahun 1994)
ilmu pengetahuan sebagai satu kesatuan menampakkan diri secara dimensional
yaitu ilmu sebagai masyarakat, sebagai proses dan sebagai produk.
·
Menurut
Drs. Sidi Gazalba, pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan
tahu. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran. Jadi, pengetahuan
merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu.
Dalam kamus filsafat dijelaskan bahwa pengetahuan adalah
proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya
sendiri. Pengetahuan dalam arti luas berarti semua kehadiran internasional
objek dalam subjek. Namun dalam artian sempit pengetahuan hanya berarti putusan
yang benar dan pasti.
Berdasarkan uraian-uraian di atas,
maka dapat kita definisikan bahwa Pengetahuan merupakan hasil dari proses
mencari tahu, dari yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat
menjadi dapat. Dalam proses mencari tahu ini mencakup berbagai metode dan
konsep-konsep, baik melalui proses pendidikan maupun melalui pengalaman.
b. Jenis-jenis
Pengetahuan
Pengetahuan itu
menurut Soejono Soemargono (1983) dapat dibagi atas :
1.
Pengetahuan non ilmiah
Pengetahuan non
ilmiah ialah pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan cara-cara yang tidak
termasuk dalam kategori metode ilmiah.
Secara umum yang
dimaksud dengan pengetahuan nonilmiah ialah segenap hasil pemahaman manusia
atas atau mengenai barang sesuatu atau objek tertentu yang terdapat dalam
kehidupan sehari-hari.
2.
Pengetahuan ilmiah
Pengetahuan ilmiah
ialah segenap hasil pemahaman manusia yang diperoleh dengan menggunakan metode
ilmiah. Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang sudah lebih sempurna karena
telah mempunyai dan memenuhi syarat tertentu dengan cara berpikir yang khas,
yaitu metodologi ilmiah. .
3.
Pengetahuan
Dianoya (Matematika)
Plato menerangkan
tingkat pengetahuan ini adalah tingkatan ketiga yang ada di dalamnya sesuatu
yang tidak hanya terletak pada fakta atau objek yang tampak, tetapi juga
terletak pada bagaimana cara berpikirnya.
Dengan demikian
dapat dituturkan bahwa bentuk pengetahuan tingkat dianoya ini adalah
pengetahuan yang banyak berhubungan dengan masalah matematik atau kuantitas
entah luas, isi, jumlah, berat yang semata-mata merupakan kesimpulan dari
hipotesis yang diolah oleh akal pikir karenanya pengetahuan ini disebut juga
pengetahuan pikiran.
4.
Pengetahuan
Noesis (Filsafat)
Pengetahuan Neosis adalah pengetahuan tingkatan tertinggi, pengetahuan yang
objeknya adalah arche prinsip utama yang
mencakup epistemologik dan metafisik. Prinsip utama ini disebut ”IDE”. Plato
menerangkan tentang pengetahuan ini adalah hampir sama dengan pengetahuan pikir
Tujuannya adalah untuk mencapai prinsip utama yang isinya hal yang berupa
kebaikan, kebenaran dan keadilan. Menurut Plato, cara berpikir untuk mencapai
tingkat tertinggi dari pengetahuan itu adalah dengan menggunakan metode dialog
sehingga dapat dicapai pengetahuan yang sungguh-sungguh sempurna yang biasa
disebut Episteme.
Jenis-jenis pengetahuan juga dapat dilihat pada pendapat Plato. Plato
membagi pengetahuan menurut tingkatan pengetahuan sesuai dengan karakteristik
objeknya. Pembagiannya adalah sebagai berikut :
·
Pengetahuan
Eikasia (Khayalan)
Tingkatan yang paling rendah disebut pengetahuan Eikasia, ialah pengetahuan
yang objeknya berupa bayangan atau gambaran. Pengetahuan ini isinya adalah
hal-hal yang berhubungan dengan kesenangan atau kesukaan serta kenikmatan
manusia yang berpengalaman.
·
Pengetahuan
Pistis (Substansial)
Satu tingkat diatas eikasia adalah tingkatan pistis atau pengetahuan
substansial. Pengetahuan ini adalah pengetahuan mengenal hal-hal yang tampak
dalam dunia kenyataan atau hal-hal yang dapat diindrai secara langsung.
B. HAKIKAT dan SUMBER PENGETAHUAN.
a.Hakikat Pengetahuan.
Pengetahuan (knowledge) adalah
sesuatu yang hadir dan terwujud dalam jiwa dan pikiran seseorang dikarenakan
adanya reaksi, persentuhan, dan hubungan dengan lingkungan dan alam sekitarnya.
Pengetahuan ini meliputi emosi, tradisi, keterampilan, informasi, akidah, dan
pikiran-pikiran.
Pengetahuan adalah suatu keadaan yang hadir dikarenakan persentuhan kita
dengan suatu perkara. Keluasan dan kedalaman kehadiran kondisi-kondisi ini
dalam pikiran dan jiwa kita sangat bergantung pada sejauh mana reaksi,
pertemuan, persentuhan, dan hubungan kita dengan objek-objek eksternal. John
Dewey beranggapan bahwa pengetahuan itu merupakan hasil dan capaian dari suatu
penelitian dan observasi. Menurutnya, pengetahuan seseorang terbentuk dari
hubungan dan jalinan ia dengan realitas-realitas yang tetap dan yang senantiasa berubah.
Dalam pengetahuan sangat mungkin terdapat dua aspek
yang berbeda, antara lain:
·
Hal-hal yang diperoleh.
Pengetahuan seperti ini mencakup tradisi, keterampilan, informasi,
pemilkiran-pemikiran, dan akidah-akidah yang diyakini oleh seseorang dan
diaplikasikan dalam semua kondisi dan dimensi penting kehidupan. Misalnya
pengetahuan seseorang tentang sejarah negaranya dan pengetahuannya terhadap
etika dan agama dimana pengetahuan-pengetahuan ini nantinya ia bisa aplikasikan
dan menjadikannya sebagai dasar pembahasan.
·
Realitas yang terus berubah.
Sangat mungkin pengetahuan itu diasumsikan sebagai suatu realitas yang
senantiasa berubah dimana perolehan itu tidak pernah berakhir. Pada kondisi
ini, seseorang mengetahui secara khusus perkara- perkara yang beragam, kemudian
ia membandingkan perkara tersebut satu sama lain dan memberikan pandangan
atasnya, dengan demikian, ia menyiapkan dirinya untuk mendapatkan pengetahuan-pengetahuan
baru yang lebih global.
b. Sumber Pengetahuan
Semua orang
mengakui memiliki pengetahuan. Persoalannya adalah dari mana pengetahuan itu
diperoleh atau lewat apa pengetahuan didapat. Persoalan yang muncul tentang
bagaimana proses terbentuknya pengetahuan yang dimiliki oleh manusia dapat
diperoleh melalui cara pendekatan apriori maupun aposteriori. Pengetahuan yang
diperoleh melalui pendekatan apriori adalah pengetahuan yang diperoleh tanpa
mengetahui proses pengalaman, baik pengalaman yang bersumber pada panca indra
maupun pengalaman batin atau jiwa. Sebaliknya, pengetahuan yang diperoleh
melalui pendekatan aposteriori adalah pengetahuan yang diperolehnya melalui
informasi dari orang lain atau pengalaman yang telah ada sebelumnya.
Pengetahuan yang ada pada kita
diperoleh dengan menggunakan berbagai
alat yang merupakan sumber pengetahuan tersebut. Dalam hal ini ada beberapa
pendapat tentang sumber pengetahuan, antara lain:
1. Empirisme
Menurut aliran ini, manusia memperoleh
pengetahuan melalui pengalamannya, kebenaran pengetahuan hanya didasarkan pada
fakta-fakta yang ada dilapangan. Pengetahuan manusia itu dapat diperoleh
melalui pengalaman yang konkret karena gejala-gejala alamiah yang terjadi
dimuka bumi ini adalah bersifat konkret dan dapat dinyatakan melalui pancaindra
manusia.
Sumber pengetahuan adalah
pengamatan. Pengamatan memberikan dua hal, yakni kesan-kesan (impressions)
dan pengertian-pengertian atau ide-ide (ideas). Yang dimaksud
kesan-kesan adalah pengamatan langsung yang diterima dari pengalaman, seperti
merasakan tangan terbakar. Yang dimaksud dengan ide adalah gambaran tentang
pengamatan yang samar-samar yang dihasilkan dengan merenungkan kembali atau
terefleksikan dalam kesan-kesan yang diterima dari pengalaman.
Berdasarkan teori ini, akal hanya
megelola konsep gagasan inderawi. Sumber utama untuk memperoleh pengetahuan
adalah data empiris yang diperoleh dari panca indera. Akal tidak berfungsi
banyak, kalaupun ada, itu pun sebatas ide yang kabur.
2. Rasionalisme
Aliran ini menyatakan bahwa akal
adalah dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur
dengan akal. Manusia memperoleh pengetahuan melalui kegiatan menangkap objek.
Fungsi pancaindera hanya untuk memperoleh data-data dari alam nyata dan akalnya
menghubungkan data-data itu satu dengan yang lain. Dalam penyusunan ini akal
menggunakan konsep-konsep rasional atau ide-ide universal.
Spinoza memberikan penjelasan yang
lebih mudah dengan menyusunn sistem rasionalisme atas dasar ilmu ukur. Dalil
ilmu ukur merupakan dalil kebenaran yang tidak perlu dibuktikan lagi. Contohnya
“sebuah garis lurus merupakan jarak terdekat diantara dua titik”.
3. Intuisi
Menurut Henry Bergson intuisi adalah
hasil dari evolusi pemahaman yang tertinggi. Intuisi adalah suatu pengetahuan
yang langsung, yang mutlak dan bukan pengetahuan yang nisbi. Intuisi mengatasi
sifat lahiriyah pengetahuan simbolis, yang pada dasarnya bersifat analisis,
menyeluruh, mutlak, dan tanpa dibantu oleh penggambaran secara simbolis. Karena
itu, intuisi adalah sarana untuk mengetahui secara langsung dan seketika.
Intuisi bersifat personal dan tidak
bisa diramalkan. Sebagai dasar untuk menyusun pengetahuan secara teratur,
intuisi tidak dapat diandalkan. Pengetahuan intuisi dapat dipergunakan sebagai
hipotesa bagi analisis selanjutnya dalam menentukan benar tidaknya pernyataan
yang dikemukakan. Kegiatan intuisi dan analisis bisa bekerja saling membantu
dalam menemukan kebenaran.
Bagi Nietzchen intuisi merupakan
“intelegensi yang paling tinggi” dan bagi Maslow intuisi merupakan “pengalaman
puncak” (peak experience). Adapun perbedaan antara intuisi dalam
filsafat barat dengan makrifat dalam islam adalah kalau intuisi dalam filsafat
barat diperoleh lewat perenungan dan pemikiran yang konsisten, sedangkan dalam
islam makifat diperoleh lewat perenungan dan penyinaran dari Tuhan .
4. Wahyu
Wahyu adalah pengetahuan yang
disampaikan oleh Allah kepada manusia lewat perantara para Nabi. Para Nabi
memperoleh pengetahuan dari Tuhan tanpa upaya, tanpa bersusah payah, tanpa memerlukan
waktu untuk memperolehnya. Pengetahuan, mereka terjadi atas kehendak Tuhan
semesta.
Wahyu Allah (agama) berisikan
pengetahuan, baik mengenai kehidupan seseorang yang terjangkau oleh pengalaman,
maupun yang mencakup masalah transendental. Kepercayaan ini yang merupakan
titik tolak dalam agama lewat pengkajian selanjutnya dapat menigkatkan atau
menurunkan kepercayaan itu.
C. UKURAN KEBENARAN.
Berpikir
merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar. Pada setiap
jenis pengetahuan tidak sama kriteria kebenarannya karena sifat dan watak
pengetahuan itu berbeda. Pengetahuan tentang alam metafisika tentunya tidak
sama dengan pengetahuan tentang alam fisik. Secara umum orang merasa bahwa
tujuan pengetahuan adalah untuk mencapai kebenaran, namun masalahnya tidak
hanya sampai di situ saja.Problem kebenaran inilah yang memacu tumbuh dan
berkembangnya espistemologi.
a. Jenis-jenis kebenaran.
1.
Kebenaran
Individual
Kebenaran Individual ini merupakan
kebenaran yang di ikuti manusia berdasarkan pendapat sendiri.
2.
Kebenaran Objektif merupakan kebenaran yang biasanya
bersumber dari ajaran leluhur
yang diwariskan
secara turun temurun dan sudah mendarah daging dalam masyarakat.
3.
Kebenaran
Hakiki
Kebenaran yang
sifatnya mutlak, pasti dan tidak akan pernah mengalami perubahan, tentunya kebenaran ini
bukan dari manusia, tetapi kebanaran ini datangnya dari Sang Pencipta.
Menurut
Michael Williams terdapat 5 kriteria teori
kebenaran yaitu:
1.
Kebenaran Koherensi
Sesuatu yang koheren dengan sesuatu
yang lain berarti ada kesesuaian atau keharmonisan dengan sesuatu yang memiliki
hirarki lebih tinggi, hal ini dapat berupa skema, sisitem, atau nilai. Koheren
tersebut mungkin saja tetap pada dataran sensual rasional, tetapi mungkin pula
menjangkau dataran transenden.
2. Kebenaran
Korespondensi
Berfikir benar korespondensi adalah
berfikir tentang terbuktinya sesuatu itu relevan dengan sesuatu yang lain.
Korespondensi relevan dibuktikan adanya kejadian sejalan atau berlawanan arah
antara fakta dengan fakta yang diharapkan (positifisme), antara fakta
dengan belief yang diyakini, yang sifatnya spesifik.
3. Kebenaran
Performatif
Ketika pemikiran manusia menyatukan
segalanya dalam tampilan actual dan menyatukan apapun yang ada dibaliknya, baik
yang praktis, yang teoritik, maupun yang filosofik. Orang yang mengetengahkan
kebenaran tampilan actual yang disebut dengan kebenaran performatif tokoh
penganut ini antara lain Strawson (1950) dan Geach (1960) sesuatu sebagai benar
biladapat diaktualkan dalam tindakan.
4. Kebenaran
Pragmatik
Perintis teori ini adalah Charles S.
Pierce. Yang benar adalah yang konkret, yang individual, dan yang spesifik,
demikian James Deweylebih lanjut menyatakan bahwa kebenaran merupakan
korespondensi antara ide denga fakta, dan arti korespondensi menurut Dewey
adalah kegunaan praktis.
5. Kebenaran
Proposisi
Sesuatu kebenaran dapat diperoleh
bila proposisi-proposisinya benar dalam logika Aristoteles, proposisi benar
adalah bila sesuai denganpersyaratan formal suatu proposisi. Proposisi adalah
suatu pernyataan yang berisi banyak konsep kompleks.
Descartes merumuskan pedoman
penyelidikan supaya orang jangan tersesat dalam usahanya mencapai kebenaran
sebagai berikut:
·
Pertama, janganlah sekali-kali mnerima sebagai kebenaran, jika
tidak ternyata kebenarannyadengan terang benderang, hauslah kita membuang
segala prasangka dan janganlah campurkan apapun juga yang tak nampak
sejeas-jelasnya kepada kita, hinga tak ada dasar sedikitpun juga untuk sanksi.
·
Kedua, rincilah tiap kesulitan sesempurna-sempurnanya dan
carilah jawaban secukupnya.
·
Ketiga, aturlah pikiran dan pengetahuan kita sedemikian rupa,
sehingga kita mulai dari yamng paling rendah dan sederhana, kemudian meningkat
dari sedikit, setapak demi setapak untuk mencapai pengetahauan yang lebih sukar
dan lebih ruwet.
·
Keempat, buatlah pengumpulan fakta sebanyak-banyaknya dan
selengkap-lengkapnya dan seumum-umumnya hingga menyeluruh, sampai kita tidak
khawatir kalau-kalau ada yang kelewatan.
b. Upaya memperoleh kebenaran.
1. Pendekatan
Empiris
Manusia mempunyai seperangkat indera yang berfungsi sebagai
penghubung dirinya dengan dunia nyata, dengan inderanya manusia mampu mengenal
berbagai hal yang ada di sekitarnya. Kenyataan seperti ini menyebabkan
timbulnya anggapan bahwa kebenaran dapat diperoleh melalui penginderaan atau
pengalaman.
Bagi yang mempercayai bahwa penginderaan merupakan
satu-satunya cara untuk memperoleh kebenaran disebut sebagai kaum empiris. Bagi
golongan ini, pengetahuan itu bukan didapatkan melalui penalaran rasional yang
abstrak, namun melalui pengalaman yang konkrit.
2. Pendekatan Rasional
Cara lain untuk mendapatkan kebenaran adalah dengan
mengandalkan rasio, upaya ini sering disebut sebagai pendekatan rasional.
Manusia merupakan makhluk hidup yang dapat berpikir,sehingga dengan kemampuannya
tersebut manusia dapat menangkap ide atau prinsip tentang sesuatu, yang pada
akhirnya sampai pada kebenaran, yaitu kebenaran rasional.
3. Pendekatan Intuitif
Pendekatan ini merupakan pengetahuan yang diperoleh tanpa
melalui proses penalaran tertentu. Misalkan Seseorang yang sedang menghadapi
suatu masalah secara tiba-tiba menemukan jalan pemecahan dari masalah yg
dihadapi.
4. Pendekatan Religius
Kita sebagai makhluk Tuhan yang diberi akal pikiran harus
menyadari bahwa alam semesta beserta isinya ini diciptakan dan dikendalikan
oleh kekuatan Tuhan. Upaya untuk memperoleh kebenaran dengan jalan seperti ini
disebut sebagai pendekatan religious.
5. Pendekatan Otoritas
Yang
dimaksud dengan pendekatan otoritas ini adalah seseorang yang memiliki
kelebihan tertentu disbanding orang lain. Kelebihan-kelebihan tersebut bisa
berupa kekuasaan, kemampuan intelektual, keterampilan, pengalaman, dan
sebagainya. Yang memiliki kelebihan-kelebihan seperti itu disegani, ditakuti,
ataupun dijadikan figur panutan. Apa yang mereka nyatakan akan diterima sebagai
suatu kebenaran.
D. KLASIFIKASI DAN HIRARKI ILMU
a. Klasifikasi ilmu
Klasifikasi atau penggolongan ilmu pengetahuan mengalami
perkembangan atau perubahan sesuai dengan semangat zaman. Pemunculan suatu
cabang ilmu baru terjadi karena beberapa factor. Bert Hoselitz. menyebut adanya
tiga hal Pembentukan suatu disiplin
khusus yang baru dalam bidang ilmu, yaitu sebagai berikut.
Ø Pertama, yaitu eksistensi dan pengenalan seperangkat problem-problem
baru yang menarik perhatian beberapa penyelidik.
Ø Kedua,
yaitu pengumpulan sejumlah cukup data yang akan memungkinkan penggerapan
generalisasi-generalisasi yang cukup luas lingkupnya untuk menunjukkan
ciri-ciri umum problem-problem yang sedang diselidiki.
Ø Ketiga,
yaitu pencapaian pengakuan resmi atau institusional terhadap disiplin bikti
itu.
Ada
beberapa pandangan yang terkait dengan klasifikasi ilmu pengetahuan, yaitu
sebagai berikut:
1)
Pada Zaman Purba dan Abad Pertengahan
Pembagian
ilmu pengetahuan pada zaman ini berdasarkan “artis liberalis” atau kesenian
yang merdeka, yang terdiri atas dua bagian yaitu:
a. Trivium
atau
tiga bagian yaitu:
·
Gramatika, bertujuan agar manusia dapat berbicara
yang baik.
·
Dialektika, bertujuan agar manusia dapat
berpikir baik, formal dan logis.
·
Retorika, bertujuan agar manusia dapat
berbicara dengan baik.
b. Quadrivium
atau
empat bagian yaitu:
·
Aritmatika yaitu ilmu hitung.
·
Geometrika yaitu ilmu ukur.
·
Musikal yaitu ilmu musik.
·
Astronomia yaitu ilmu perbintangan.
2)
The Liang Gie
The
Liang Gie membagi pengetahuan ilmiah berdasarkan dua hal, yaitu ragam
pengetahuan dan jenis pengetahuan. Pembagian ilmu menurut ragamnya mengacu pada
salah satu sifat atributif yang dipilih sebagai ukuran. Pembagian ini hanya
menunjukkan sebuah ciri dari sekumpulan pengetahuan ilmiah. Sifat atributif
yang akan dipakai dasar untuk melakukan pembagian dalam ragam ilmu adalah sifat
dasar manusia yang berhasrat mengetahui dan ingin berbuat.
3)
Cristian Wolff
Wolff
mengklasifikasikan ilmu pengetahuan ke dalam tiga kelompok besar, yaitu ilmu
pengetahuan empiris, matematika, dan filsafat.
Klasifikasi
ilmu pengetahuan menurut Wolff ini dapat diskemakan sebagai berikut :
a)
Ilmu pengetahuan Empiris
·
kosmologis empiris
·
psikologi empiris
b)
Matematika
·
Murni: aritmatika, geometri, dan
aljabar.
·
Campuran: mekanika, dan lain-lain.
c)
Filsafat
Spekulatif
(metafisika): umum-ontologi, dan khusus; psikologi, kosmologi, theologi.
Praktis:
intelek-/Logika, kehendak; ekonomi, etika, politik, dan pekerjaan fisik;
teknologi.
4)
Auguste Comte
Pada
dasarnya penggolongan ilmu pengetahuan yang dikemukakan Auguste Comte sejalan
dengan sejarah ilmu pengetahuan itu sendiri, yang menunjukkan bahwa gejala
dalam ilmu pengetahuan yang paling umum akan tampil terlebih dahulu. Urutan
dalam penggolongan ilmu pengetahuan Auguste Comte sebagai berikut:
1. Ilmu
Pasti (Matematika) merupakan dasar bagi semua ilmu pengetahuan.
2. Ilmu
Perbintangan (Astronomi) dapat menyusun hukum yang bersangkutan dengan gejala
benda langit.
3. Ilmu
Alam (Fisika) merupakan ilmu yang lebih tinggi dari ilmu perbintangan.
4. Ilmu
Kimia (Chemistry), gejala-gejala dalam ilmu kimia lebih kompleks
daripada ilmu alam.
5. Ilmu
Hayat (Fisiologi atau Biologi) merupakan ilmu yang kompleks dan berhadapan
dengan gejala kehidupan.
6. Fisika
Sosial (Sosiologi) merupakan urutan tertinggi dalam penggolongan ilmu
pengetahuan.
5.
Francis Bacon
Francis Bacon mendasarkan klasifikasi ilmunya pada
subjeknya, yaitu daya manusia untuk mengetahui sesuatu. Berdasarkan hal
tersebut, ia membeda-bedakannya sebagai berikut:
·
Ilmu
pengetahuan ingatan, yaitu membicarakan masalah-masalah atau kejadian yang
telah lalu, meskipun dimanfaatkan untuk masa depan.
·
Ilmu
pengetahuan khayal yaitu membicarakan kejadian-kejadian dalam dunia khayal,
meskipun berdasar dan untuk keperluan dunia nyata.
·
Ilmu
pengetahuan akal yaitu umumnya pembahasannya mengandalkan diri pada logika dan
kemampuan berfikir.
Klasifikasi tersebut tidak dapat dibenarkan apabila apabila
pemikiran kita berpangkal pada pandangan bahwa kita tidak akan mungkin mengenal
dengan akal, ingatan, atau daya khayal semata, tetapi dengan seluruh pribadi
kita.
6.
Aristoteles
Aristoteles memberikan suatu klasifikasi berdasarkan objek
formal yaitu ilmu teoritis (spekulatif), praktis, dan poietis (produktif). Ilmu
teoritis bertujuan bagi pengetahuan itu sendiri, yaitu untuk keperluan
perkembangan ilmu. Ilmu praktis yaitu ilmu pengetahuan yang bertujuan mencari
norma atau ukuran begi perbuatan kita. Poietis yaitu ilmu pengetahuan yang
bertujuan menghasilkan suatu hasil karya, alat, dan teknologi.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan.
Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran. Jadi, pengetahuan
merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu. Pengetahuan dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yakni : pendidikan, media dan keterpaparan informasi.
Semua teori kebenaran itu ada dan dipraktekkan manusia di
dalam kehidupan nyata. Yang mana masing-masing mempunyai nilai di dalam
kehidupan manusia Uraian dan ulasan mengenai berbagai teori kebenaran di atas
telah menunjukkan kelebihan dan kekurangan dari berbagai teori kebenaran. Teori
Kebenaran mempunyai Kelebihan Kekurangan Korespondensi sesuai dengan fakta dan
empiris kumpulan fakta-fakta Koherensi bersifat rasional dan Positivistik
Mengabaikan hal-hal non fisik Pragmatis fungsional-praktis tidak ada kebenaran
mutlak Performatif Bila pemegang otoritas benar, pengikutnya selamat Tidak
kreatif, inovatif dan kurang inisiatif Konsensus Didukung teori yang kuat dan
masyarakat ilmiah Perlu waktu lama untuk menemukan kebenaran.
Saran
Dari makalah kami yang singkat ini mudah-mudahan dapat
bermanfaat bagi kita semua umumnya kami pribadi. Yang baik datangnya dari
Allah, dan yang buruk datangnya dari kami. Dan kami sedar bahwa makalah kami
ini jauh dari kata sempurna, masih banyak kesalahan dari berbagai sisi, jadi
kami harafkan saran dan kritik dari bapak pembimbng kami dan teman-teman yang
bersifat membangun, untuk perbaikan makalah-makalah selanjutnya.
DAFTAR FUSTAKA
Tafsir,
Dr. Ahmad. 2003. Filsafat ilmu. Bandung : Rosda Karya.
www.wisdoms4all.com
http://isyraq.wordpress.com/2007/11/26/substansi-dan-definisi-pengetahuan/
http://www.unhas.ac.id/~rhiza/mystudents/debbie/knowledge.ppt
www.wisdoms4all.com
http://isyraq.wordpress.com/2007/11/26/substansi-dan-definisi-pengetahuan/
http://www.unhas.ac.id/~rhiza/mystudents/debbie/knowledge.ppt
http://us.f335.mail.yahoo.com/ym/Compose?YY=25328&y5beta=yes#_ftn3
http://us.f335.mail.yahoo.com/ym/Compose?YY=25328&y5beta=yes#_ftn1
http://isyraq.wordpress.com/2007/10/30/sumber-dan-media-pengetahuan/
http://isyraq.wordpress.com/2007/10/30/sumber-dan-media-pengetahuan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar