Rabu, 15 April 2015

PENGETAHUAN DAN UKURAN KEBENARAN

DAFTAR ISI
COVER……………………………………………………………………………..i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................. 1
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG............................................................................................. 2
RUMUSAN MASALAH......................................................................................... 3
BAB II
PEMBAHASAN........................................................................................................
A. DEFINISI DAN JENIS PENGETAHUAN........................................................ 4
a. Definisi pengetahuan.............................................................................................4
b. Jenis Pengetahua...................................................................................................5
B. HAKIKAT DAN SUMBER PENGETAHUAN................................................. 6
a. Hakikat Pengetahuan.............................................................................................6
b. Sumber Pengetahuan.............................................................................................7
C. UKURAN KEBENARAN....................................................................................9
a. Jenis-jenis kebenaran........................................................................................... 10
b. Upaya Memperoleh Kebenaran............................................................................11
D. KLASIFIKASI DAN HIRARKI ILMI................................................................13
a.Klasifikasi Ilmu.................................................................................................... 13
b. Pendapat Para ilmuan Mengenai Hirarki Ilmu.......................................... 14-15-16
BAB III
PENUTUP.............................................................................................................. 17
KESIMPULAN...................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 18



KATA PENGANTAR
            Puji syukur kita panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan anugrah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang “Pengetahuan dan Ukuran Kebenaran”. Dalam menyusun tugas makalah ini, banyak sekali mendapat hambatan dan rintangan akan tetapi dengan usaha, kerja keras dan bantuan dari berbagai pihak semua masalah tersebut dapat teratasi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah bekerja sama dan membantu dalam penyusunan makalah ini, terutama kepada Dosen Pengampu mata kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, yang telah memberikan arahan, pencerahan dan telah membimbing pembelajaran dan diskusi.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna baik dari bentuk penyusunan dan materinya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari para pembaca agar makalah ini bisa menjadi lebih baik dan sempurna. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi para pembaca.





  Palangka Raya,      September 2014






BAB I
PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG
Pengetahuan berkembang dari rasa ingin tahu, yang merupakan ciri khas manusia karena manusia adalah satu-satunya makhluk yang mengembangkan pengetahuan secara sungguh-sungguh. Binatang juga mempunyai pengetahuan, namun pengetahuan ini terbatas untuk kelangsungan hidupnya (survival). Manusia mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi kebutuhan-kebutuhan kelangsungan hidup ini dan berbagai problema yang menyelimuti kehidupan.
Manusia senantiasa penasaran terhadap cita-cita hidup ini. Yang hendak diraih adalah pengetahuan yang benar, kebenaran hidup itu. Manusia merupaka makhluk yang berakal budi yang selalu ingin mengejar kebenaran. Dengan akal budinya, manusia mampu mengembangkan kemampuan yang spesifik manusiawi, yang menyangkut daya cipta, rasa maupun karsa. Ketika orang menyaksikan sebuah pantai, sebut saja pantai Tanjung A’an di pulau Lombok, orang akan terheran-heran dengan pasir putih. Kemegahan alami itu menggugah perhatian manusia, setidaknya ingin mengetahui sesungguhnya apakah hidup itu seperti pasir? Siapa yang menciptakan pasir putih berib-ribu dan bahkan berjuta-juta butir, serta untuk apa maknanya bagi manusia.
Pada pembahasan makalah kali ini penulis mencoba menjelaskan tentang pengetahuan dan ukuran kebenaran, yang meliputi hakikat pengetahuan, bagaimana cara memperoleh pengetahuan, dimana atau dari mana pengetahuan itu diperoleh, dan apakah pengetahuan tersebut merupakan pengetahuan yang benar adanya atau sebaliknya. Serta bagaimana ukuran kebenaran dari pengetahuan yang didapat tersebut.
  
B. Rumusan Masalah
Apa definisi dan jenis  pengetahuan ?
1.      Bagaimana hakikat dan sumber pengetahuan ?
2.      Bagaimana jenis-jenis pengetahuan ?
3.      Bagaimana  ukuran kebenaran ?
4.      Klasifikasi Dan Hirarki ?

C. Tujuan Penulisan
1.      Agar mahasiswa mampu mengetahui pengertian dan tingkatan-tingkatan kebenaran ilmu pengetahuan.
2.      Agar mahasiswa dapat menjelaskan apa saja hubungan metode dengan kebenaran ilmu pengetahuan.
3.      Mahasiswa mampu menjelaskan tentang teori-teori kebenaran ilmu pengetahuan.
4.      Dapat mengembangkan arti kehidupan melalui ilmu.
5.      Akan sadar bahwa Ilmu itu tidak luput dari nilai-nilai keTuhanan.
6.      Mencapai tujuan hidup dari pengetahun dan ilmu.
7.      Mengetahuai ukuran kebenaran melalui Ilmu.


BAB IIPEMBAHASANPENGETAHUAN DAN UKURAN KEBENARAN 

A.DEFINISI  dan JENIS PENGETAHUAN.
a. Definisi pengetahuan.
Pengetahuan (knowledge) adalah sesuatu yang diketahui langsung dari pengalaman, berdasarkan panca indra, dan diolah oleh akal budi secara spontan. Pengetahuan masih pada tataran inderawi dan spontanitas, belum ditata melaui metode yang jelas. Pada intinya, pengetahuan bersifat spontan, subjektif dan intuitif. Pengetahuan berkaitan erat dengan kebenaran, yaitu kesesuaianantara pengetahuan yang dimiliki manusia dengan realitas yang ada pada objek. Namun, kadang-kadang kebenaran yang ada dalam pengetahuan masih belum tertata rapi, belum teruji secara metodologis. Orang melihat gunung meletus, itu pengetahuan. Orang merasakan gempa, lalu lari tunggang langgang ke luar rumah, itu pengetahuan. Pengetahuan masih sering bercampur dengan insting.
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Filsafat ilmu merupakan bagian dari spistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakekat ilmu (pengetahuan ilmiah). Ilmu merupakan cabang pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu.
 Pendapat para ilmuan mengenai definisi pengetahuan:
·         Menurut Koento Wibisono (tahun 1994) ilmu pengetahuan sebagai satu kesatuan menampakkan diri secara dimensional yaitu ilmu sebagai masyarakat, sebagai proses dan sebagai produk.
·         Menurut Drs. Sidi Gazalba, pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran. Jadi, pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu.
Dalam kamus filsafat dijelaskan bahwa pengetahuan adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri. Pengetahuan dalam arti luas berarti semua kehadiran internasional objek dalam subjek. Namun dalam artian sempit pengetahuan hanya berarti putusan yang benar dan pasti.
Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka dapat kita definisikan bahwa Pengetahuan merupakan hasil dari proses mencari tahu, dari yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat menjadi dapat. Dalam proses mencari tahu ini mencakup berbagai metode dan konsep-konsep, baik melalui proses pendidikan maupun melalui pengalaman.

b. Jenis-jenis Pengetahuan
Pengetahuan itu menurut Soejono Soemargono (1983) dapat dibagi atas :
1.    Pengetahuan non ilmiah
Pengetahuan non ilmiah ialah pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan cara-cara yang tidak termasuk dalam kategori metode ilmiah.
Secara umum yang dimaksud dengan pengetahuan nonilmiah ialah segenap hasil pemahaman manusia atas atau mengenai barang sesuatu atau objek tertentu yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari.
2.    Pengetahuan ilmiah
Pengetahuan ilmiah ialah segenap hasil pemahaman manusia yang diperoleh dengan menggunakan metode ilmiah. Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang sudah lebih sempurna karena telah mempunyai dan memenuhi syarat tertentu dengan cara berpikir yang khas, yaitu metodologi ilmiah. .
3.      Pengetahuan Dianoya (Matematika)
Plato menerangkan tingkat pengetahuan ini adalah tingkatan ketiga yang ada di dalamnya sesuatu yang tidak hanya terletak pada fakta atau objek yang tampak, tetapi juga terletak pada bagaimana cara berpikirnya.
Dengan demikian dapat dituturkan bahwa bentuk pengetahuan tingkat dianoya ini adalah pengetahuan yang banyak berhubungan dengan masalah matematik atau kuantitas entah luas, isi, jumlah, berat yang semata-mata merupakan kesimpulan dari hipotesis yang diolah oleh akal pikir karenanya pengetahuan ini disebut juga pengetahuan pikiran.
4.      Pengetahuan Noesis (Filsafat)
Pengetahuan Neosis adalah pengetahuan tingkatan tertinggi, pengetahuan yang objeknya adalah arche  prinsip utama yang mencakup epistemologik dan metafisik. Prinsip utama ini disebut ”IDE”. Plato menerangkan tentang pengetahuan ini adalah hampir sama dengan pengetahuan pikir
Tujuannya adalah untuk mencapai prinsip utama yang isinya hal yang berupa kebaikan, kebenaran dan keadilan. Menurut Plato, cara berpikir untuk mencapai tingkat tertinggi dari pengetahuan itu adalah dengan menggunakan metode dialog sehingga dapat dicapai pengetahuan yang sungguh-sungguh sempurna yang biasa disebut Episteme.
Jenis-jenis pengetahuan juga dapat dilihat pada pendapat Plato. Plato membagi pengetahuan menurut tingkatan pengetahuan sesuai dengan karakteristik objeknya. Pembagiannya adalah sebagai berikut :
·         Pengetahuan Eikasia (Khayalan)
Tingkatan yang paling rendah disebut pengetahuan Eikasia, ialah pengetahuan yang objeknya berupa bayangan atau gambaran. Pengetahuan ini isinya adalah hal-hal yang berhubungan dengan kesenangan atau kesukaan serta kenikmatan manusia yang berpengalaman.
·         Pengetahuan Pistis (Substansial)
Satu tingkat diatas eikasia adalah tingkatan pistis atau pengetahuan substansial. Pengetahuan ini adalah pengetahuan mengenal hal-hal yang tampak dalam dunia kenyataan atau hal-hal yang dapat diindrai secara langsung.

B. HAKIKAT dan SUMBER PENGETAHUAN.

a.Hakikat      Pengetahuan.

Pengetahuan (knowledge) adalah sesuatu yang hadir dan terwujud dalam jiwa dan pikiran seseorang dikarenakan adanya reaksi, persentuhan, dan hubungan dengan lingkungan dan alam sekitarnya. Pengetahuan ini meliputi emosi, tradisi, keterampilan, informasi, akidah, dan pikiran-pikiran.

Pengetahuan adalah suatu keadaan yang hadir dikarenakan persentuhan kita dengan suatu perkara. Keluasan dan kedalaman kehadiran kondisi-kondisi ini dalam pikiran dan jiwa kita sangat bergantung pada sejauh mana reaksi, pertemuan, persentuhan, dan hubungan kita dengan objek-objek eksternal. John Dewey beranggapan bahwa pengetahuan itu merupakan hasil dan capaian dari suatu penelitian dan observasi. Menurutnya, pengetahuan seseorang terbentuk dari hubungan dan jalinan ia dengan realitas-realitas   yang tetap dan yang senantiasa berubah.

Dalam pengetahuan sangat mungkin terdapat dua aspek yang berbeda, antara lain:

·         Hal-hal yang diperoleh.

Pengetahuan seperti ini mencakup tradisi, keterampilan, informasi, pemilkiran-pemikiran, dan akidah-akidah yang diyakini oleh seseorang dan diaplikasikan dalam semua kondisi dan dimensi penting kehidupan. Misalnya pengetahuan seseorang tentang sejarah negaranya dan pengetahuannya terhadap etika dan agama dimana pengetahuan-pengetahuan ini nantinya ia bisa aplikasikan dan menjadikannya sebagai dasar pembahasan.

·         Realitas yang terus berubah.

Sangat mungkin pengetahuan itu diasumsikan sebagai suatu realitas yang senantiasa berubah dimana perolehan itu tidak pernah berakhir. Pada kondisi ini, seseorang mengetahui secara khusus perkara- perkara yang beragam, kemudian ia membandingkan perkara tersebut satu sama lain dan memberikan pandangan atasnya, dengan demikian, ia menyiapkan dirinya untuk mendapatkan pengetahuan-pengetahuan baru yang lebih global.

b. Sumber Pengetahuan
Semua orang mengakui memiliki pengetahuan. Persoalannya adalah dari mana pengetahuan itu diperoleh atau lewat apa pengetahuan didapat. Persoalan yang muncul tentang bagaimana proses terbentuknya pengetahuan yang dimiliki oleh manusia dapat diperoleh melalui cara pendekatan apriori maupun aposteriori. Pengetahuan yang diperoleh melalui pendekatan apriori adalah pengetahuan yang diperoleh tanpa mengetahui proses pengalaman, baik pengalaman yang bersumber pada panca indra maupun pengalaman batin atau jiwa. Sebaliknya, pengetahuan yang diperoleh melalui pendekatan aposteriori adalah pengetahuan yang diperolehnya melalui informasi dari orang lain atau pengalaman yang telah ada sebelumnya.
Pengetahuan yang ada pada kita diperoleh dengan menggunakan  berbagai alat yang merupakan sumber pengetahuan tersebut. Dalam hal ini ada beberapa pendapat tentang sumber pengetahuan, antara lain:

1.      Empirisme
Menurut aliran ini, manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya, kebenaran pengetahuan hanya didasarkan pada fakta-fakta yang ada dilapangan. Pengetahuan manusia itu dapat diperoleh melalui pengalaman yang konkret karena gejala-gejala alamiah yang terjadi dimuka bumi ini adalah bersifat konkret dan dapat dinyatakan melalui pancaindra manusia.
Sumber pengetahuan adalah pengamatan. Pengamatan memberikan dua hal, yakni kesan-kesan (impressions) dan pengertian-pengertian atau ide-ide (ideas). Yang dimaksud kesan-kesan adalah pengamatan langsung yang diterima dari pengalaman, seperti merasakan tangan terbakar. Yang dimaksud dengan ide adalah gambaran tentang pengamatan yang samar-samar yang dihasilkan dengan merenungkan kembali atau terefleksikan dalam kesan-kesan yang diterima dari pengalaman.
Berdasarkan teori ini, akal hanya megelola konsep gagasan inderawi. Sumber utama untuk memperoleh pengetahuan adalah data empiris yang diperoleh dari panca indera. Akal tidak berfungsi banyak, kalaupun ada, itu pun sebatas ide yang kabur.
2.      Rasionalisme
Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal. Manusia memperoleh pengetahuan melalui kegiatan menangkap objek. Fungsi pancaindera hanya untuk memperoleh data-data dari alam nyata dan akalnya menghubungkan data-data itu satu dengan yang lain. Dalam penyusunan ini akal menggunakan konsep-konsep rasional atau ide-ide universal.
Spinoza memberikan penjelasan yang lebih mudah dengan menyusunn sistem rasionalisme atas dasar ilmu ukur. Dalil ilmu ukur merupakan dalil kebenaran yang tidak perlu dibuktikan lagi. Contohnya “sebuah garis lurus merupakan jarak terdekat diantara dua titik”.
3.      Intuisi
Menurut Henry Bergson intuisi adalah hasil dari evolusi pemahaman yang tertinggi. Intuisi adalah suatu pengetahuan yang langsung, yang mutlak dan bukan pengetahuan yang nisbi. Intuisi mengatasi sifat lahiriyah pengetahuan simbolis, yang pada dasarnya bersifat analisis, menyeluruh, mutlak, dan tanpa dibantu oleh penggambaran secara simbolis. Karena itu, intuisi adalah sarana untuk mengetahui secara langsung dan seketika.
Intuisi bersifat personal dan tidak bisa diramalkan. Sebagai dasar untuk menyusun pengetahuan secara teratur, intuisi tidak dapat diandalkan. Pengetahuan intuisi dapat dipergunakan sebagai hipotesa bagi analisis selanjutnya dalam menentukan benar tidaknya pernyataan yang dikemukakan. Kegiatan intuisi dan analisis bisa bekerja saling membantu dalam menemukan kebenaran.
Bagi Nietzchen intuisi merupakan “intelegensi yang paling tinggi” dan bagi Maslow intuisi merupakan “pengalaman puncak” (peak experience). Adapun perbedaan antara intuisi dalam filsafat barat dengan makrifat dalam islam adalah kalau intuisi dalam filsafat barat diperoleh lewat perenungan dan pemikiran yang konsisten, sedangkan dalam islam makifat diperoleh lewat perenungan dan penyinaran dari Tuhan .
4.      Wahyu
Wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan oleh Allah kepada manusia lewat perantara para Nabi. Para Nabi memperoleh pengetahuan dari Tuhan tanpa upaya, tanpa bersusah payah, tanpa memerlukan waktu untuk memperolehnya. Pengetahuan, mereka terjadi atas kehendak Tuhan semesta.
Wahyu Allah (agama) berisikan pengetahuan, baik mengenai kehidupan seseorang yang terjangkau oleh pengalaman, maupun yang mencakup masalah transendental. Kepercayaan ini yang merupakan titik tolak dalam agama lewat pengkajian selanjutnya dapat menigkatkan atau menurunkan kepercayaan itu.

C. UKURAN KEBENARAN.
Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar. Pada setiap jenis pengetahuan tidak sama kriteria kebenarannya karena sifat dan watak pengetahuan itu berbeda. Pengetahuan tentang alam metafisika tentunya tidak sama dengan pengetahuan tentang alam fisik. Secara umum orang merasa bahwa tujuan pengetahuan adalah untuk mencapai kebenaran, namun masalahnya tidak hanya sampai di situ saja.Problem kebenaran inilah yang memacu tumbuh dan berkembangnya espistemologi.
a. Jenis-jenis kebenaran.
1.      Kebenaran Individual
Kebenaran Individual ini merupakan kebenaran yang di ikuti manusia berdasarkan pendapat sendiri.
2.      Kebenaran Objektif merupakan kebenaran yang biasanya bersumber dari ajaran leluhur  yang diwariskan secara turun temurun dan sudah mendarah daging dalam masyarakat.



3.      Kebenaran Hakiki
Kebenaran yang sifatnya mutlak, pasti dan tidak akan pernah mengalami perubahan, tentunya kebenaran ini bukan dari manusia, tetapi kebanaran ini datangnya dari Sang Pencipta.

Menurut Michael Williams terdapat 5  kriteria teori kebenaran yaitu:
1.      Kebenaran Koherensi
Sesuatu yang koheren dengan sesuatu yang lain berarti ada kesesuaian atau keharmonisan dengan sesuatu yang memiliki hirarki lebih tinggi, hal ini dapat berupa skema, sisitem, atau nilai. Koheren tersebut mungkin saja tetap pada dataran sensual rasional, tetapi mungkin pula menjangkau dataran transenden.
2.      Kebenaran Korespondensi
Berfikir benar korespondensi adalah berfikir tentang terbuktinya sesuatu itu relevan dengan sesuatu yang lain. Korespondensi relevan dibuktikan adanya kejadian sejalan atau berlawanan arah antara fakta dengan fakta yang diharapkan (positifisme), antara fakta dengan belief yang diyakini, yang sifatnya spesifik.
3.      Kebenaran Performatif
Ketika pemikiran manusia menyatukan segalanya dalam tampilan actual dan menyatukan apapun yang ada dibaliknya, baik yang praktis, yang teoritik, maupun yang filosofik. Orang yang mengetengahkan kebenaran tampilan actual yang disebut dengan kebenaran performatif tokoh penganut ini antara lain Strawson (1950) dan Geach (1960) sesuatu sebagai benar biladapat diaktualkan dalam tindakan.
4.      Kebenaran Pragmatik
Perintis teori ini adalah Charles S. Pierce. Yang benar adalah yang konkret, yang individual, dan yang spesifik, demikian James Deweylebih lanjut menyatakan bahwa kebenaran merupakan korespondensi antara ide denga fakta, dan arti korespondensi menurut Dewey adalah kegunaan praktis.
5.      Kebenaran Proposisi
Sesuatu kebenaran dapat diperoleh bila proposisi-proposisinya benar dalam logika Aristoteles, proposisi benar adalah bila sesuai denganpersyaratan formal suatu proposisi. Proposisi adalah suatu pernyataan yang berisi banyak konsep kompleks.


Descartes merumuskan pedoman penyelidikan supaya orang jangan tersesat dalam usahanya mencapai kebenaran sebagai berikut:
·         Pertama, janganlah sekali-kali mnerima sebagai kebenaran, jika tidak ternyata kebenarannyadengan terang benderang, hauslah kita membuang segala prasangka dan janganlah campurkan apapun juga yang tak nampak sejeas-jelasnya kepada kita, hinga tak ada dasar sedikitpun juga untuk sanksi.
·         Kedua, rincilah tiap kesulitan sesempurna-sempurnanya dan carilah jawaban secukupnya.
·         Ketiga, aturlah pikiran dan pengetahuan kita sedemikian rupa, sehingga kita mulai dari yamng paling rendah dan sederhana, kemudian meningkat dari sedikit, setapak demi setapak untuk mencapai pengetahauan yang lebih sukar dan lebih ruwet.
·         Keempat, buatlah pengumpulan fakta sebanyak-banyaknya dan selengkap-lengkapnya dan seumum-umumnya hingga menyeluruh, sampai kita tidak khawatir kalau-kalau ada yang kelewatan.

b. Upaya memperoleh kebenaran.
1.   Pendekatan Empiris
Manusia mempunyai seperangkat indera yang berfungsi sebagai penghubung dirinya dengan dunia nyata, dengan inderanya manusia mampu mengenal berbagai hal yang ada di sekitarnya. Kenyataan seperti ini menyebabkan timbulnya anggapan bahwa kebenaran dapat diperoleh melalui penginderaan atau pengalaman.
Bagi yang mempercayai bahwa penginderaan merupakan satu-satunya cara untuk memperoleh kebenaran disebut sebagai kaum empiris. Bagi golongan ini, pengetahuan itu bukan didapatkan melalui penalaran rasional yang abstrak, namun melalui pengalaman yang konkrit.

2.    Pendekatan Rasional
Cara lain untuk mendapatkan kebenaran adalah dengan mengandalkan rasio, upaya ini sering disebut sebagai pendekatan rasional. Manusia merupakan makhluk hidup yang dapat berpikir,sehingga dengan kemampuannya tersebut manusia dapat menangkap ide atau prinsip tentang sesuatu, yang pada akhirnya sampai pada kebenaran, yaitu kebenaran rasional.

      3.    Pendekatan Intuitif
Pendekatan ini merupakan pengetahuan yang diperoleh tanpa melalui proses penalaran tertentu. Misalkan Seseorang yang sedang menghadapi suatu masalah secara tiba-tiba menemukan jalan pemecahan dari masalah yg dihadapi.

4.      Pendekatan Religius
Kita sebagai makhluk Tuhan yang diberi akal pikiran harus menyadari bahwa alam semesta beserta isinya ini diciptakan dan dikendalikan oleh kekuatan Tuhan. Upaya untuk memperoleh kebenaran dengan jalan seperti ini disebut sebagai pendekatan religious.

5.      Pendekatan Otoritas
Yang dimaksud dengan pendekatan otoritas ini adalah seseorang yang memiliki kelebihan tertentu disbanding orang lain. Kelebihan-kelebihan tersebut bisa berupa kekuasaan, kemampuan intelektual, keterampilan, pengalaman, dan sebagainya. Yang memiliki kelebihan-kelebihan seperti itu disegani, ditakuti, ataupun dijadikan figur panutan. Apa yang mereka nyatakan akan diterima sebagai suatu kebenaran.

D. KLASIFIKASI DAN HIRARKI  ILMU
a. Klasifikasi ilmu
Klasifikasi atau penggolongan ilmu pengetahuan mengalami perkembangan atau perubahan sesuai dengan semangat zaman. Pemunculan suatu cabang ilmu baru terjadi karena beberapa factor. Bert Hoselitz. menyebut adanya tiga hal  Pembentukan suatu disiplin khusus yang baru dalam bidang ilmu, yaitu sebagai berikut.

Ø  Pertama, yaitu eksistensi dan pengenalan seperangkat problem-problem baru yang menarik perhatian beberapa penyelidik.
Ø  Kedua, yaitu pengumpulan sejumlah cukup data yang akan memungkinkan penggerapan generalisasi-generalisasi  yang cukup luas lingkupnya untuk menunjukkan ciri-ciri umum problem-problem yang sedang diselidiki.
Ø  Ketiga, yaitu pencapaian pengakuan resmi atau institusional terhadap disiplin bikti itu.

Ada beberapa pandangan yang terkait dengan klasifikasi ilmu pengetahuan, yaitu sebagai berikut:
1)      Pada Zaman Purba dan Abad Pertengahan
Pembagian ilmu pengetahuan pada zaman ini berdasarkan “artis liberalis” atau kesenian yang merdeka, yang terdiri atas dua bagian yaitu:
a.       Trivium atau tiga bagian yaitu:
·         Gramatika, bertujuan agar manusia dapat berbicara yang baik.
·         Dialektika, bertujuan agar manusia dapat berpikir baik, formal dan logis.
·         Retorika, bertujuan agar manusia dapat berbicara dengan baik.
b.      Quadrivium atau empat bagian yaitu:
·         Aritmatika yaitu ilmu hitung.
·         Geometrika yaitu ilmu ukur.
·         Musikal yaitu ilmu musik.
·         Astronomia yaitu ilmu perbintangan.
2)      The Liang Gie
The Liang Gie membagi pengetahuan ilmiah berdasarkan dua hal, yaitu ragam pengetahuan dan jenis pengetahuan. Pembagian ilmu menurut ragamnya mengacu pada salah satu sifat atributif yang dipilih sebagai ukuran. Pembagian ini hanya menunjukkan sebuah ciri dari sekumpulan pengetahuan ilmiah. Sifat atributif yang akan dipakai dasar untuk melakukan pembagian dalam ragam ilmu adalah sifat dasar manusia yang berhasrat mengetahui dan ingin berbuat.
3)      Cristian Wolff
Wolff mengklasifikasikan ilmu pengetahuan ke dalam tiga kelompok besar, yaitu ilmu pengetahuan empiris, matematika, dan filsafat.
Klasifikasi ilmu pengetahuan menurut Wolff ini dapat diskemakan sebagai berikut :
a)      Ilmu pengetahuan Empiris
·         kosmologis empiris
·         psikologi empiris
b)      Matematika
·         Murni: aritmatika, geometri, dan aljabar.
·         Campuran: mekanika, dan lain-lain.
c)      Filsafat
Spekulatif (metafisika): umum-ontologi, dan khusus; psikologi, kosmologi, theologi.
Praktis: intelek-/Logika, kehendak; ekonomi, etika, politik, dan pekerjaan fisik; teknologi.
4)      Auguste Comte
Pada dasarnya penggolongan ilmu pengetahuan yang dikemukakan Auguste Comte sejalan dengan sejarah ilmu pengetahuan itu sendiri, yang menunjukkan bahwa gejala dalam ilmu pengetahuan yang paling umum akan tampil terlebih dahulu. Urutan dalam penggolongan ilmu pengetahuan Auguste Comte sebagai berikut:
1.      Ilmu Pasti (Matematika) merupakan dasar bagi semua ilmu pengetahuan.
2.      Ilmu Perbintangan (Astronomi) dapat menyusun hukum yang bersangkutan dengan gejala benda langit.
3.      Ilmu Alam (Fisika) merupakan ilmu yang lebih tinggi dari ilmu perbintangan.
4.      Ilmu Kimia (Chemistry), gejala-gejala dalam ilmu kimia lebih kompleks daripada ilmu alam.
5.      Ilmu Hayat (Fisiologi atau Biologi) merupakan ilmu yang kompleks dan berhadapan dengan gejala kehidupan.
6.      Fisika Sosial (Sosiologi) merupakan urutan tertinggi dalam penggolongan ilmu pengetahuan.


5. Francis Bacon
Francis Bacon mendasarkan klasifikasi ilmunya pada subjeknya, yaitu daya manusia untuk mengetahui sesuatu. Berdasarkan hal tersebut, ia membeda-bedakannya sebagai berikut:
·         Ilmu pengetahuan ingatan, yaitu membicarakan masalah-masalah atau kejadian yang telah lalu, meskipun dimanfaatkan untuk masa depan.
·         Ilmu pengetahuan khayal yaitu membicarakan kejadian-kejadian dalam dunia khayal, meskipun berdasar dan untuk keperluan dunia nyata.
·         Ilmu pengetahuan akal yaitu umumnya pembahasannya mengandalkan diri pada logika dan kemampuan berfikir.

Klasifikasi tersebut tidak dapat dibenarkan apabila apabila pemikiran kita berpangkal pada pandangan bahwa kita tidak akan mungkin mengenal dengan akal, ingatan, atau daya khayal semata, tetapi dengan seluruh pribadi kita.

6. Aristoteles
Aristoteles memberikan suatu klasifikasi berdasarkan objek formal yaitu ilmu teoritis (spekulatif), praktis, dan poietis (produktif). Ilmu teoritis bertujuan bagi pengetahuan itu sendiri, yaitu untuk keperluan perkembangan ilmu. Ilmu praktis yaitu ilmu pengetahuan yang bertujuan mencari norma atau ukuran begi perbuatan kita. Poietis yaitu ilmu pengetahuan yang bertujuan menghasilkan suatu hasil karya, alat, dan teknologi.



BAB III
PENUTUP
Kesimpulan.
Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran. Jadi, pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu. Pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni : pendidikan, media dan keterpaparan informasi.
Semua teori kebenaran itu ada dan dipraktekkan manusia di dalam kehidupan nyata. Yang mana masing-masing mempunyai nilai di dalam kehidupan manusia Uraian dan ulasan mengenai berbagai teori kebenaran di atas telah menunjukkan kelebihan dan kekurangan dari berbagai teori kebenaran. Teori Kebenaran mempunyai Kelebihan Kekurangan Korespondensi sesuai dengan fakta dan empiris kumpulan fakta-fakta Koherensi bersifat rasional dan Positivistik Mengabaikan hal-hal non fisik Pragmatis fungsional-praktis tidak ada kebenaran mutlak Performatif Bila pemegang otoritas benar, pengikutnya selamat Tidak kreatif, inovatif dan kurang inisiatif Konsensus Didukung teori yang kuat dan masyarakat ilmiah Perlu waktu lama untuk menemukan kebenaran.

Saran
Dari makalah kami yang singkat ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua umumnya kami pribadi. Yang baik datangnya dari Allah, dan yang buruk datangnya dari kami. Dan kami sedar bahwa makalah kami ini jauh dari kata sempurna, masih banyak kesalahan dari berbagai sisi, jadi kami harafkan saran dan kritik dari bapak pembimbng kami dan teman-teman yang bersifat membangun, untuk perbaikan makalah-makalah selanjutnya.

  DAFTAR FUSTAKA

Tafsir, Dr. Ahmad. 2003. Filsafat ilmu. Bandung : Rosda Karya.
www.wisdoms4all.com
http://isyraq.wordpress.com/2007/11/26/substansi-dan-definisi-pengetahuan/
http://www.unhas.ac.id/~rhiza/mystudents/debbie/knowledge.ppt
http://us.f335.mail.yahoo.com/ym/Compose?YY=25328&y5beta=yes#_ftn3
http://us.f335.mail.yahoo.com/ym/Compose?YY=25328&y5beta=yes#_ftn1
http://isyraq.wordpress.com/2007/10/30/sumber-dan-media-pengetahuan/