PEMBELAJARAN MENULIS DRAMA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN
SUMBER BELAJAR
(RESOURCE BASED LEARNING)
ABSTRAK
Pembelajaran menulis drama merupakan salah satu materi yang perlu
dipelajari oleh siswa. Karena dengan menulis drama, siswa akan mendapatkan
pengalaman langsung terlibat dalam suatu karya sastra. Pembelajaran menulis
drama di sekolah/ kampus saat ini cenderung monoton. Siswa tidak dilibatkan
secara langsung dan hanya diberi teori-teori tanpa praktik. Pemilihan model
pembelajaran yang tepat menjadi salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan
tersebut. Model pembelajaran yang dapat dijadikan salah satu alternatif solusi dalam
pembelajaran menulis drama adalah model Pembelajaran Berdasarkan Sumber Belajar
(Resource Based Learning). Di dalam
model PBSB, guru menyediakan berbagai sumber belajar untuk siswa dan siswa
memilih sumber belajar yang paling cocok untuk dirinya. Bila kedua komposisi
tersebut diaplikasikan dengan maksimal, maka tujuan pembelajaran akan tercapai
dengan optimal. Dengan kata lain, siswa akan lebih mampu untuk menulis sebuah
naskah drama sesuai dengan ide dan krativitasnya.
Kata kunci: model pembelajaran, menulis drama, model PBSB
A.
Pendahuluan
Drama adalah salah satu bentuk karya sastra. Menurut Ferdinand Brunetiere (1914), drama adalah kesenian
yang melukiskan sifat dan sikap manusia dan harus melahirkan kehendak manusia
dengan action dan perilaku. Dengan kata lain, drama berisi kisah yang merupakan
tiruan dari perilaku dan kehidupan manusia sehari-hari.
Pembelajaran drama di sekolah saat ini
masih didominasi ranah apresiasi drama. Siswa diajak untuk menonton atau
membaca naskah drama. Kegiatan ekspresi drama terkadang dilupakan. Hal tersebut
sangat disayangkan, karena kegiatan berekspresi dapat memberikan pengalaman
langsung kepada siswa untuk mendalami sebuah naskah drama, misalnya kegiatan
menulis drama.
Kemampuan
menulis drama merupakan kemampuan yang tidak datang secara tiba-tiba. Kemampuan
tersebut harus terus diasah dengan melakukan pembelajaran dan latihan. Kondisi
kemampuan menulis teks drama pada siswa saat ini belum maksimal. Hal ini
disebabkan strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang tepat. Dalam
pembelajaran menulis drama, biasanya guru hanya memberi teori tanpa praktik.
Guru hanya memberi penjelasan mengenai teks drama, tanpa melibatkan siswa
secara langsung. Hal ini pulalah yang menyebabkan siswa menjadi kurang berminat
dan kurang termotivasi dalam mengikuti pembelajaran menulis teks drama.
Hal tersebut
senarai dengan hasil penelitian yang dilakukan Arif Rahman dan
tertuang dalam skripsinya yang berjudul “Model Pembelajaran Menulis naskah
Drama dengan Menggunakan Media Drama Komedi Extravaganza”. Menurut hasil
penelitian tersebut, kemampuan siswa dalam menulis naskah drama masih sangat kurang.
Hal tersebut dapat
disebabkan oleh berbagai faktor. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh
Agus Hamdani dan tertuang dalam tesisnya yang berjudul “Penyusunan model pengajaran apresiasi
drama : studi kuasi eksperimen terhadap siswa kelas II SMU Negeri Cililin Gelar
Magister Pendidikan Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia”, salah satu
faktor yang menyebabkan kurang maksimalnya hasil pembelajaran yang diraih
adalah kurang variatifnya model pembelajaran yang diterapkan. Pengajaran
sastra sering dikeluhkan banyak pihak. Keluhan ini umumnya mengarah pada hasil
pengajaran sastra yang dianggap kurang memuaskan dan pelaksanaan pengajarannya
yang dianggap cenderung lebih memberi tekanan pada pengetahuan sastra dibanding
pada pengalaman sastra. Salah satu faktor penyebab terjadi keluhan ini adalah
karena guru kurang memahami dan menguasai model-model pengajaran yang sesuai
dengan hakikat pengajaran sastra. Dari pernyataan tersebut bisa dilihat
bahwa model pembelajaran menjadi salah satu faktor yang bisa menentukan
keberhasilan pembelajaran, khususnya pembelajaran menulis drama.
Model pembelaran
menulis drama yang ada sekarang cenderung monoton dan tidak komunikatif. Siswa
jarang dilibatkan secara aktif. Mereka sering diberi teori-teori tanpa praktik.
Padahal dalam pembelajaran sastra, khususnya drama, keterlibatan siswa menjadi
aspek yang penting.
B.
Isi
Pembelajaran
Berdasarkan Sumber Belajar (Resource
Based Learning)
Banyak sekali model
pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran menulis drama. Salah satu
model tersebut adalah model Pembelajaran Berdasarkan Sumber Belajar (PBSB). Model PBSB mengutamakan sumber belajar sebagai fokus
utamanya. Siswa dihadapkan dengan berbagai macam sumber belajar yang bisa
dipilih sesuai dengan kemampuannya masing-masing, dengan tujuan untuk mencapai
hasil pembelajaran yang optimal. Berikut ini pengertian PBSB menurut Blakley
dan Carrigan (dalam Campbel, dkk., 2009)
Resource-based learning is an educational model designed to
actively engage students with multiple resources in both print and non-print
form. Ideally, the classroom teacher and media specialist collaborate to plan
resource-based units.
Model PBSB pertama kali resmi
digunakan oleh Association of College and Research
Libraries (ACLR) dan American Library Association (ALA) pada tahun 1989. Kedua institusi ini sangat
mendukung pembelajaran berbasis sumber belajar karena siswa dapat berkolaborasi dengan
rekan-rekan mereka, guru, dan masyarakat untuk menemukan jawaban dengan sumber belajar yang sangat
bervariasi.
Penerapan model PBSB dalam pembelajaran terus berkembang hingga saat ini.
Kini, sumber belajar yang digunakan pun semakin bervariasi, mulai dari sumber
yang dirancang (by design),maupun yang digunakan (by utilization). Di beberapa
negara, model ini digunakan dan berhasil mencapai tujuan pembelajaran yang
diinginkan.
Model Pembelajaran Berdasarkan Sumber Belajar (PBSB) adalah
titik tengah atau perpaduan dari model pembelajaran berbasis guru dan berbasis
murid. PBSB adalah model pembelajaran yang dirancang agar siswa terlibat secara
aktif dengan berbagai sumber pembelajaran. Siswa dapat belajar menurut langkah-langkah
tertentu, seperti dalam pembelajaran berporgram, atau menurut pemikirannya sendiri
untuk memecahkan masalah tertentu. Berikut ini pemaparan PBSB menurut Farmer
(dalam Vina, 2012)
Teachers
often teach lessons or units using a variety of media, including guest
speakers, videos, or hypermedia presentations. Because teachers select content
and mode of delivery, such instruction is more aptly deemed resource-based
instruction, a pedagogy that is more teacher-centered. Resource-based learning
is predicated upon the principle that individual learners will be drawn to the
media and content which best match their own processing skills and learning
styles (Farmer,
1999).
Dalam pembelajaran konvensional,
biasanya guru yang menyediakan semua sumber pembelajaran, baik itu media ataupun
bahan ajar. Siswa mau tidak mau harus menerima semua hal itu, baik itu cocok
untuk dirinya ataupun tidak cocok. Di dalam model pembelajaran PBSB, siswa dapat
memilih sumber pembelajaran apa yang paling cocok untuk dirinya, yang dapat
membantu meningkatkan kompetensi dirinya.
Berdasarkan pemaparan mengenai rumusan model pembelajaran menurut Bruce
Joice dan Marsha Weil (2000), maka model pembelajaran PBSB dirumuskan memiliki
konsep-konsep sebagai berikut.
a. Orientasi Model
Model pembelajaran PBSB berorientasi pada sumber belajar.
Pada setiap proses pembelajaran dengan model PBSB, sumber belajar yang variatif
merupakan faktor penunjang keberhasilan mahasiswa. Mahasiswa diberi kebebasan
untuk memilih sumber belajar yang paling sesuai dengan kebutuhannya untuk
menyelesaikan masalah.
b. Model Mengajar
(1) Sintaksis
Model ini memiliki empat fase, yaitu (a) siswa
dihadapkan pada masalah; (2) siswa dihadapkan pada sumber-sumber belajar; (3) siswa
memilih sumber belajar yang cocok untuk memecahkan masalah; (4) siswa
memecahkan masalah dengan sumber belajar yang sudah dipilihnya. Fase-fase
tersebut bisa terlihat pada bagan Prosedur PBSB berikut ini.
Model PBSB ini
menempuh strategi sebagai berikut.
1) Fase kesatu: Siswa menerima informasi tentang model
PBSB, kemudian mahasiswa dihadapkan pada masalah dalam pembelajaran.
2) Fase kedua: Siswa dihadapkan pada berbagai macam
sumber belajar yang bisa mendukung dan meningkatkan keterampilan mereka.
3) Fase ketiga: Siswa memilih sumber belajar yang paling
sesuai bagi dirinya untuk memecahkan masalah.
4) Fase keempat: Siswa memanfaatkan/ menggunakan sumber
belajar tersebut untuk memecahkan masalah yang dihadapinya dalam pembelajaran.
(2) Sistem Sosial
Sistem sosial model PBSB ini bersifat kooperatif. Guru
dan siswa menjadi satu tim yang sama-sama bekerja untuk menemukan sumber
belajar yang cocok untuk diterapkan mahasiswa dalam memecahkan masalah.
(3) Prinsip-prinsip Reaksi
Reaksi
dari guru terutama dibutuhkan pada fase kedua
dan ketiga. Tugas guru
pada fase kedua dan ketiga adalah membantu siswa dalam mencari dan menemukan sumber belajar yang cocok digunakan mahasiswa untuk
memecahkan masalah, tetapi bukan berarti guru melakukan semuanya sendiri
sementara siswa pasif. Pada fase terakhir, tugas guru adalah mengarahkan siswa untuk menggunakan sumber belajar yang telah dipilihnya
semaksimal mungkin agar mereka dapat
memecahkan masalah dengan sumber belajar itu.
(4) Sistem Penunjang
Penunjang yang secara optimal dapat
berdampak positif pada pelaksanaan model ini ialah adanya sumber belajar yang variatif untuk meningkatkan
kemampuan siswa.
c. Penerapan
Model PBSB ini tidak hanya sesuai bagi pelajaran ilmu
sosial akan tetapi juga bagi ilmu pengetahuan alam. Model PBSB dapat diterapkan
pada setiap materi pelajaran dan pada semua kelas berdasarkan tingakatn usia
ataupun tingkatan kelas.
d. Dampak Instruksional dan Penyerta
Meskipun
model ini menekankan pada sumber
belajar, tetapi keberhasilannya juga tidak terlepas pada proses sehingga
dapat meningkatkan hasil belajar. Model ini memberikan dampak instruksionalnya
dalam hal (1) meningkatkan keterampilan
mengkaji dan memecahkan masalah; dan
(2) mengembangkan strategi untuk memecahkan masalah. Sedangkan dampak penyertanya ialah
dalam hal (1) memupuk inisiatif;
(2) menumbuhkan keaktifan dalam
belajar;
dan (3)
membiasakan toleran terhadap keberagaman.
Contoh
Aplikasi Proses Pembelajaran Menulis Drama dengan Model Pembelajaran
Berdasarkan Sumber Belajar (Resource
Based Learning)
Dalam pelaksanaan model
Pembelajaran Berdasarkan Sumber Belajar, siswa dapat menggunakan berbagai macam
sumber belajar untuk meningkatkan kreativitasnya. Berikut ini akan dipaparkan
contoh pelaksanaan proses pembelajaran menulis drama dengan menggunakan model
PBSB.
1.
Pembelajaran pertemuan ke-1
Berikut ini adalah
pemaparan kegiatan inti proses pembelajaran menulis drama dengan menggunakan
model PBSB pada pertemuan ke-1. Dosen membagi mahasiswa menjadi beberapa kelompok
menulis (writing group). Kemudian,
dosen memaparkan materi mengenai unsur-unsur drama, khususnya unsur tema dan
plot. Dosen menghadirkan sebuah sumber belajar, yaitu potongan sebuah lagu
berjudul “Rintihan Kuntilanak”, potongan sebuah drama Korea berjudul “Kiss”, dan sebuah film pendek berjudul “Teeth”. Dosen mempersilakan
kelompok-kelompok mahasiswa untuk mencari sebuah tema yang menarik berdasarkan
sumber belajar yang mereka anggap tepat dan menarik untuk diangkat menjadi
sebuah cerita.
Setiap kelompok
mahasiswa mencari tema dan mengembangkan menjadi sebuah sinopsis yang memiliki
plot. Setelah selesai, setiap perwakilan kelompok membacakan hasil diskusi
kelompoknya. Kelompok lain menanggapi hasil pekerjaan kelompok yang sedang
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.
2.
Pembelajaran pertemuan Ke-2
Berikut ini adalah
pemaparan kegiatan inti proses pembelajaran menulis drama dengan menggunakan
model PBSB pada pertemuan ke-2. Pertemuan ini dilaksanakan di sebuah taman yang
berada di dalam kampus. Mahasiswa sangat antusias melakukan pembelajaran ini.
Mereka duduk sesuai dengan kelompok yang sudah dibentuk pada pertemuan
sebelumnya.
Pertemuan ketiga ini
membahas mengenai dialog, penokohan, latar, dan penulisan naskah. Dosen
menghadirkan sumber belajar, yaitu alam atau lingkungan sekitar tempat mereka
belajar, sebuah potongan naskah drama berjudul “Orang Asing”, dan sebuah
majalah berisi gambar tokh-tokoh terkenal. Setelah itu, dosen memberikan
kesempatan mahasiswa untuk bertanya. Mahasiswa sangat anstusias untuk bertanya.
Setelah itu, mahasiswa diminta untuk membuat penokohan, dialog, dan latar yang
terangkai dalam sebuah adegan drama. Mereka harus memilih sumber belajar yang
paling tepat untuk mereka, sehingga mereka bisa mengerjakan tugas yang
diberikan oleh dosen.
Setiap kelompok
melalukan diskusi. Mereka mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen dengan
antusias. Setelah mereka selesai berdiskusi, setiap perwakilan kelompok
mempresentasikan hasil pekerjaan mereka dan ditanggapi oleh kelompok lain.
3.
Pembelajaran pertemuan ke-3
Berikut ini adalah
pemaparan kegiatan inti proses pembelajaran menulis drama dengan menggunakan
model PBSB pada pertemuan ke-3.Dosen menghadirkan sumber belajar, yaitu seorang
penulis drama. Penulis drama tersebut berbagi keahliannya dalam menulis drama
kepada mahasiswa. Penulis drama tersebut memaparkan proses kreatif menulis
drama, mulai dari pencarian ide atau tema cerita, membangun plot, membangun
penokohan, membangun dialog, membangun latar, dan menyusun wawancang dan
kramagung di dalam drama. Penulis drama memberikan materi selama 30 menit.
Setelah itu, dosen mempersilakan mahasiswa untuk berdiskusi dengan penulis
drama tersebut. Pada akhir pembelajaran, dosen menugaskan mahasiswa untuk
menggali materi drama di perpustakaan atau menggunakan koneksi internet di
rumah masing-masing. Setelah itu, mahasiswa ditugaskan untuk membuat sebuah
naskah drama sesuai dengan ide dan kreativitas masing-masing.
4.
Pembelajaran pertemuan ke-4
Berikut ini adalah
pemaparan kegiatan inti proses pembelajaran menulis drama dengan menggunakan
model PBSB pada pertemuan ke-4.Dosen meminta mahasiswa untuk mengumpulkan
naskah drama yang telah mereka buat selama satu minggu. Dosen meminta beberapa
mahasiswa untuk membacakan naskah drama yang dibuatnya, kemudian ditanggapi
oleh mahasiswa yang lain.
Pemaparan
contoh di atas dapat diterapkan hampir pada setiap jenjang pendidikan, baik itu
jenjang sekolah maupun kuliah. Pada contoh aplikasi model PBSB ini, dosen
menyediakan berbagai sumber belajar pada setiap pertemuan dan mahasiswa
menentukan sumber belajar mana yang paling cocok bagi mereka. Mahasiswa
dituntun dan didorong untuk mempelajari dan menguasai setiap unsur-unsur yang
terdapat di dalam drama, agar nanti mereka dapat mengaplikasikannya ketika
menulis naskah drama.
C.
Penutup
Pembelajaran menulis
drama menuntut pendidik untuk berinovasi. Hal tersebut bertujuan agar siswa
menjadi lebih termotivasi dan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang optimal.
PBSB pun tidak jauh berbeda. Seperti pada contoh pelaksanaan PBSB yang telah
dipaparkan, dosen berinovasi untuk menyediakan berbagai sumber belajar bagi
mahasiswa, misalnya lagu, video pementasan drama, film pendek, alam/ lingkungan
sekitar, majalah, internet, siswa/ mahasiswa lain, ahli/ penulis drama, dan
bahkan dirinya sendiri sebagai sumber belajar.
Hal tersebut menunjukan
bahwa pelaksanaan PBSB menuntut kreativitas pendidik dan siswa. Guru/ dosen
dapat menjadi fasilitator yang menyediakan berbagai sumber belajar yang
menunjang, dan siswa dapat memilih sumber belajar yang benar-benar cocok untuk
dirinya. Bila kedua hal tersebut diaplikasikan dengan baik, maka tujuan
pembelajaran akan dapat tercapai dengan maksimal. Pembelajaran menulis drama
pun tidak akan menjadi momok yang menakutkan bagi siswa/ mahasiswa, tetapi akan
menjadi salah satu materi pembelajaran yang ditunggu dan diminati.
REFERENSI
Brown,
H. Douglas. (2001). Teaching by
Principles an Interactive Approach to
Language
Pedagogy.
New York: Addison Wesley Longman, Inc.
Brunetiere, Ferdinand. 1914. The Law of the
Drama. New York:
University of
Columbia.
Campbel, dkk. (2009). Resource Based Learning. [online]. Tersedia di:
http://projects.coe.uga.edu/epltt/index.php?title=Resource-Based_Learning.
Collie,
Joanne & Stephen Slater. 1987. Literature
in Language Classroom a
Resource Book of Ideas and Activities. New York: Cambridge
University Press.
Hamdani, Agus. 2003. Tesis, Penyusunan model pengajaran apresiasi
drama :
studi
kuasi eksperimen terhadap siswa kelas II SMU Negeri Cililin. Bandung: UPI.
Iskandarwassid
& Dadang Sunendar. 2008. Strategi
Pembelajaran Bahasa.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Joice,
Bruce & Marsha Weil. 2000. Models of
Teaching. USA: a Person
Education Company.
Nasution.
2008. Berbagai Pendekatan dalam Proses
Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Rahman, Arif. 2006. Skripsi, Model Pembelajaran Menulis naskah Drama
dengan Menggunakan Media Drama Komedi Extravaganza. Bandung: UPI
Rahmanto,
B. 1988. Metode Pengajaran Sastra.
Yogyakarta: Kanisius.
p.blogspot.com/2012_01_01_archive.html
Wena,
Made. 2009. Strategi Pembelajaran
Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi
Aksara.
BIODATA
PENULIS
Neneng Sri Wulan, M.Pd. merupakan salah
seorang pendidik di UPI Kampus Serang. Kini, lulusan S1 dan S2 Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia UPI ini tinggal di Serang, Banten. Selain
akademisi, penulis juga merupakan penulis skenario program televisi nasional. Penulis
dapat dihubungi di nomor 081321526843,
dan email neneng_sri_wulan@upi.edu.
[1]
Makalah ini disajikan sebagai makalah pendamping dalam Forum Ilmiah VIII
(Seminar Internasional), dengan tema Pemikiran-Pemikiran Inovatif dalam kajian
Bahasa, Sastra, Seni, dan Pembelajarannya, FPBS, UPI, pada tanggal 20 November
2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar